Gatot
dan tiwul adalah makanan tradisional dari daerah Gunung Kidul, Prov. D.I.
Yogyakarta. Makanan tersebut dulunya sering dianggap sebagai makanan dari masyarakat yang kurang mampu untuk
membeli & mengkonsumsi beras, dan memang pada beberapa dekade lalu hal itu
benar adanya, karena daerah Gunung Kidul merupakan daerah kering, tandus
sehingga tidak cocok untuk ditanami padi. Tanaman yang dapat tumbuh adalah yang
tahan dengan kondisi minus air seperti singkong, jagung, kacang-kacangan, dll.
Maka dari itu karena berlimpah produksi singkong (ketela pohon), hasil bumi
itulah yang menjadi konsumsi harian masyarakatnya. Untuk dapat membuatnya awet
(karena hasil yang melimpah) dibuatlah cara mengolah ala masyarakat setempat menjadi gaplek.
Gaplek
adalah bahan dasar pembuat gatot dan tiwul yang berasal dari singkong yang
dikupas kemudian dipotong-potong lalu dijemur/dikeringkan kurang lebih 2-3 hari
supaya awet. Dalam proses penjemuran tersebut ada kalanya tidak semua berhasil
menjadi kering sempurna dan berwarna putih. Beberapa bagian ada yang masih
lembab atau terkena air hujan sehingga menjadi gaplek yang berwarna kehitaman,
nah gaplek yang kehitaman tersebut yang diolah menjadi gatot.
Pada
awalnya tiwul lebih dulu menjadi makanan utama masyarakat Gunung Kidul,
belakangan timbul variasi dengan mengolahnya menjadi gatot untuk memanfaatkan
gaplek yang tidak kering sempurna tersebut.
Cara
membuat tiwul :
gaplek
yang berwarna putih dan sudah kering dihaluskan dengan cara ditumbuk atau
menggunakan alat grinder, lalu diayak untuk mendapatkan butiran tepung yang
halus.
tepung
diperciki air secukupnya kemudian diratakan sampai membentuk gumpalan-gumpalan
kecil
beri
serutan gula jawa (gula merah) dan garam secukupnya
tambahkan
potongan daun pandan untuk pengharum
kukus
sekitar 30 menit
angkat
dan sajikan bersama parutan kelapa (yang ditaburi sedikit garam), akan lebih
nikmat apabila menyajikannya dialasi daun pisang.